Pernah nggak sih kamu membayangkan menyantap rujak segar, gethuk legit, dan gemblong hangat di tengah rimbunnya kebun bambu, sambil ditemani suara gemericik air dan angin sepoi-sepoi pedesaan? Kalau belum, kamu wajib banget baca pengalaman seru aku berkunjung ke Pasar Slumpring, destinasi kuliner tradisional tersembunyi yang sedang naik daun di Kabupaten Tegal!
Akhir pekan lalu, aku memutuskan untuk kabur sejenak dari hiruk pikuk kota dan mencari suasana baru yang lebih adem dan menenangkan. Pilihanku jatuh ke sebuah pasar tradisional unik yang belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial—Pasar Slumpring, yang berlokasi di Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Nama “Slumpring” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti bambu, dan memang benar, suasana pasar ini begitu teduh karena dikelilingi oleh hamparan kebun bambu yang rimbun.
Setibanya di sana sekitar pukul 07.00 pagi, suasana pasar sudah ramai oleh para pengunjung yang datang bersama keluarga maupun teman-teman. Pasar Slumpring hanya buka setiap Sabtu dan Minggu hingga pukul 12.00 siang, jadi kalau kamu ingin menikmati semua sajian di sana, sebaiknya datang lebih awal. Uniknya, transaksi di pasar ini tidak menggunakan uang tunai seperti biasa, melainkan dengan koin bambu! Yap, pengunjung harus menukarkan uang mereka dengan koin seharga Rp 2.500 per keping, yang kemudian digunakan untuk membeli berbagai jajanan tradisional di setiap kios.
Kuliner Nostalgia yang Menggoda Lidah
Bayangkan berjalan menyusuri lorong-lorong bambu sambil mencium aroma harum dari makanan tradisional yang sedang dimasak langsung di tempat. Di satu sudut, aku mencicipi gethuk bodin, olahan singkong yang disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah. Di sudut lainnya, aku menemukan ponggol, nasi dengan sambal dan lauk sederhana yang bikin nagih. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, ketika jajanan seperti ini masih mudah ditemukan di kampung halaman.
Aku juga mencoba rujak serut segar, perpaduan rasa pedas, asam, dan manis yang menggigit. Tak ketinggalan tahu aci khas Tegal yang gurihnya nggak bisa dilawan, serta gemblong yang legit dan kenyal. Setiap makanan di sini disajikan oleh warga lokal dengan ramah dan penuh senyum, membuat pengalaman makanku terasa makin hangat dan berkesan.
Sensasi Belanja ala Digital Tradisional
Konsep koin bambu ini sebenarnya mirip dengan yang pernah diperkenalkan oleh komunitas Generasi Pesona Indonesia (GENPI) dari Kementerian Pariwisata, tapi dengan nuansa yang jauh lebih alami dan menyatu dengan budaya lokal. Selain memudahkan transaksi, sistem ini juga menjadi bagian dari edukasi dan pelestarian budaya lokal yang makin jarang ditemukan di era digital saat ini.
Setelah puas mencicipi aneka kuliner, aku pun berjalan santai ke area sekitar pasar dan menemukan tempat yang tak kalah menarik—Tuk Mudal, mata air alami yang jernih dan dikelilingi oleh pepohonan rindang. Tempat ini benar-benar Instagramable! Banyak anak muda yang datang ke sini hanya untuk berfoto-foto atau sekadar duduk menikmati suara alam. Di sini juga tersedia perahu mainan yang bisa disewa, cocok buat anak-anak atau sekadar bersantai menyusuri air jernih sambil menikmati udara segar.
Kombinasi Kuliner, Alam, dan Budaya
Menurut pengelola, Pasar Slumpring dan Tuk Mudal memang sengaja dikembangkan sebagai satu kesatuan destinasi wisata yang mengusung konsep pelestarian alam dan budaya lokal. Pengunjung nggak hanya datang untuk makan enak, tapi juga diajak menikmati keindahan desa yang alami dan mengenal tradisi masyarakat sekitar. Sebuah bentuk wisata yang menyejukkan hati dan juga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi warga lokal.
Rasanya nggak berlebihan kalau aku menyebut tempat ini sebagai "surga kuliner tradisional". Di satu tempat, kamu bisa menikmati makanan khas yang mungkin sudah jarang ditemui di kota, sekaligus merasakan ketenangan alam pedesaan yang begitu menenangkan. Ini adalah tempat yang cocok banget buat kamu yang ingin me-recharge energi setelah seminggu penuh dengan rutinitas yang padat.
7 Komentar
Waah aku jadi penasaran pingin liat poto2 makanan tradisional yang disebutin, karena mostly memang makanan tradisional khas tegal yaa. Yang aku hapal dan sering makan hanya tahu aci khas tegal nih...yang lainnya belum pernah lihat. unik2 tampaknya. Konsep pasar kuliner tradisional kekinian gini menarik dan harus kita support sih, ini enakeun kan makan2 dan jajannya. pasti bersih dan tertata
BalasHapusPasar tradisional seperti ini bisa jadi destinasi wisata ya dan bisa buat obat kangen juga dengan suasana pedesaan
BalasHapusIkut membayangkan suasana di Pasar Slumpring yang sangat menarik serta menawan karena memang berkonsep tradisional. Siapa kira area bambu ini jadi kian memikat para pelancong.
BalasHapusManalah makanan yang dijual pun ngangenin. Jadi ngiler sama rujak serut segarnya.
Ya ampuun kereen banget konsepnya ini pasar, transaksinya dengan koin bambu. Unik dan out of the box. Saya taunya Tegal itu yaa telur asin aja, ternyata ada tempat menarik yaa pasar tradisional Slumpring ini wajib dikunjungi jika saya main ke Tegal.
BalasHapusWah seru banget ya ini pasarnya mbak soalnya bisa mencicipi berbagai kue tradisional di sana. Bisa jadi tujuan wisata ya ini
BalasHapusKerennyaaaa, ih kamu bisa nemu surga kecil yang penuh warna kayak Pasar Slumpring! Aku tuh suka banget sama vibe pasar tradisional, apalagi yang masih jaga budaya lokal dan punya sentuhan seni kayak gini. Kayaknya next trip harus masukin ke wishlist nih!
BalasHapusKlu dijakarta makanan tradisional betawi banyak di jual di daerah glodok kota, sambil kuliner sekalian tour keliling seputar kota tua, wlupun vibe berbeda dgn pasar slumpring, tapi klu lg kangen makanan tradisional betawi biasanya suka mampir kesini
BalasHapus